Jumat, 30 Maret 2012

Mencari Pikiran Pokok Suatu Cerita

BUKAN BAYI LAGI

Ada seekor anak kera bernama ENYA. Ia amat manja dan menyusahkan induknya. Kemanapun induk ENYA melangkah, disitu pulalah ENYA turut. ENYA setia berada digendongan induknya, walau ia tahu induknya cukup kelelahan dengan selalu menggendong tubuhnya yang berat.

Sebenarnya ENYA sudah cukup besar untuk melangkah sendiri. Bahkan jika ia mau, ENYA hanya memerlukan latihan beberapa kali untuk dapat bergayut di pohon. Sayang ENYA terlalu enggan melakukan semua itu. ENYA sama sekali tidak kasihan melihat induknya yang sering kali terlihat kelelahan.

ENYA : ”Berhenti dulu, Mak… ini dahan yang cukup bagus untuk tempat kita beristirahat,”ujar ENYA suatu kali.

(induk ENYA menurut, karena ia benar-benar lelah).

EMAK : ”Andaikata kau sudah tidak perlu digendong lagi, alangkah senangnya hati Emak,”demikian Emak bergumam.

(Tetapi ENYA pura-pura tidak mendengar. Induk ENYA hanya bisa menghela nafas panjang. Sudah berkali-kali ia menyuruh anaknya agar tidak lagi ada dalam gendongannya, tetapi tak pernah digubris ENYA. Ia memang kelewat manja).

PIPIT : ”lihatlah, ada anak kera yang bodoh,” seru seekor burung pipit dari seberang pohon.

BURUNG : ”Dari mana kau tahu dia itu bodoh?” Tanya seekor burung gereja.

PIPIT : ”Setiap hari aku memperhatikannya, jadi aku tahu dia itu seekor kera yang bodoh!” cetus burung pipit.

(ENYA mendengar percakapan itu. Ia amat marah dikatakan bodoh).

PIPIT : “Dia tidak bisa berpikir apa-apa selama terus-menerus berada dalam gendongan induknya,” lanjut burung pipit.

(Diam-diam ENYA keluar dari gendongan induknya yang sedang tidur karena kelelahan. Dipatahkannya sebuah ranting kecil dan dilemparkannya ke arah dua yang sedang mempercakapkannya, sehingga kedua burung itu terbang menjauh. Setelah itu ENYA kembali ke dalam gendongan induknya. Saat itu pula lewat serombongan bebek. Induk bebek memimpin didepan).

BEBEK : “Wek…wek…wek…, ayo anak-anak, kita berenang biar segar,” perintah induk bebek.

(lalu satu-persatu rombongan bebek itu mulai menceburkan diri ke sungai. dari atas pohon, ENYA memperhatikan semua itu. Tetapi ada seekor bebek yang tertinggal).

ENYA : “Mengapa kau tidak turut berenang, hai bebek kecil yang lucu ?” Tanya ENYA dari atas dahan.

(bebek kecil itu terperanjat. Ditengadahkan kepalanya ke atas untuk mencari si penanya. Bebek kecil itu bernama Tutu).

TUTU : “Aku tak pandai berenang !”

ENYA : “Tetapi saudara-saudaramu pandai.”

TUTU : “Tentu saja mereka sudah berlatih untuk itu.”

ENYA : “Apakah juga sudah berlatih seperti mereka ?”

TUTU : “Belum pernah sekalipun. Aku tidak bisa.”

ENYA : “Kalau kau belum pernah mencoba, bagaimana kau yakin bahwa kau tidak akan pernah bisa ?”

(Sejenak bebek kecil tertegun). “Kau terlalu penakut. Mungkin juga kau anak bebek yang manja.” Lanjutnya.

(Tanpa menjawab apa-apa Tutu menceburkan dirinya ke sungai permulaan yang sulit baginya untuk dapat berenang dengan baik, tapi lama-kelamaan kakinya terasa ringan di dalam air. Anak bebek itu pun mulai menikmati keadaan air sungai. induk dan saudara-saudaranya amat bergembira, mereka sudah jemu menyuruh Tutu untuk berlatih berenang. Kini tanpa mereka suruh, Tutu berenang sendiri. Tutu sangat berterima kasih pada Enya).

TUTU : “Kau anak kera yang cerdas dan hebat, kau membuatku bisa berenang, terima kasih Enyak.” Kata Tutu.

(Enya tersenyum mendengar semua itu. Ya ya dia memang seekor anak kera yang hebat. Hanya dengan mengucapkan beberapa kalimat ia dapat mengubah seekor anak bebek pandai berenang. Enya ingin sekali memberitahu pengalamannya itu pada induknya, sayang induknya tidur).

MIN MI : “Cepat, disana ada pisang yang masak. Kalau kita terlambat pisang-pisang itu akan segera diserbu Mon mo,’ tiba-tiba seekor anak kera berlompatan di dekat Enya. Tiga anak kera lainnya.

MAN MA : “Tunggu, aku mau ajak Enya,’ seru anak kera yang terakhir ketika ia melihat Enya dalam gendongan induknya yang sedang tidur pulas.

MIN MI : “Percuma kau mengajak dia. Emaknya sedang tidur,” seru Min mi.

(Enya merasa risi mendengar semua itu. Enya tahu teman-temannya itu tidak bermaksud mengejeknya. Kenyataannya Enya memang selalu betah dalam gendongan induknya. Enya juga malu pada Tutu yang tiba-tiba bisa berenang padahal Enya lebih manja dan lebih pemalas dari Tutu).

ENYA : “Tidak, aku harus membuktikan pada teman-temanku bahwa aku juga anak kera yang terampil,” kata Enya.

Lalu sekonyong-konyong Enya melompat mengejar temannya. “Emak pasti gembira jika kubawakan pisang untuknya selama ini emak sudah terlalu lelah mencari makan untukku,” pikir Enya. “Tunggu teman-teman…..!” teriak Enya.

(Tak lama kemudia Enya kembali dengan membawa pisang masak. Tangannya terasa pegal karena lama bergayut di dahan dalam pohon. Tetapi Enya tak terlalu merisaukannya. Hari itu benar-benar bahagia Emak yang terbangun dari tidurnya gembira melihat Enya yang tiba-tiba mandiri).

EMAK : “Oh……anakku, emak senang sekali melihat kau sudah keluar dari gendongan emak. Bahkan bisa mencari makanan sendiri. Seperti mimpi saja…..” komentar emak.

ENYA : “Tetapi Emak tidak bermimpi dan mulai saat ini Emak tak perlu menggendong Enya lagi, sebab Enya bukan bayi lagi…..’ tandas Enya bangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar